GunungEyjafjallajokull di Islandia meletus, sebagian dari kalian pasti sudah mendengar tentang berita ini. Banyak jadwal penerbangan dan aktifitas lain di seantero eropa terhambat. Letusan dan awan vulkanik serupa pernah terjadi di Gunung merapi di Jawa, yang kerap disebut dengan “wedhus Gembel (kambing yang berbulu ikal dan lebat)”. Jakarta - Malaikat penjaga gunung pernah marah karena melihat kesedihan Rasulullah SAW setelah dakwah beliau mendapat penolakan. Ia sempat menawarkan untuk menimpakan dua gunung di Makkah dan itu diceritakan dalam Kitab 'Alam al-Mala'ikah al-Abrar & Alam al-Jinn wa asy-Syayathin karya Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar dan diterjemahkan oleh Kaserun AS Rahman dengan bersandar pada hadits yang termuat dalam Shahih Bukhari dan Aisyah RA, ia bertanya kepada Nabi SAW, "Apakah engkau pernah mengalami hari yang lebih berat bagimu daripada Perang Uhud?" Rasulullah SAW menjawab, "Aku telah mendapatkan banyak hal dari kaumku. Hal yang paling berat yang pernah kualami dari mereka adalah pada hari Aqabah sebuah tempat di Mina. Hal itu ketika aku menawarkan dakwahku kepada Ibnu Abdi Yalail bin Kilal, tetapi ia tidak mau menerima apa yang aku pun berjalan dengan sangat sedih hingga baru tersadar ketika aku sudah berada di dekat Tsa'alib sebuah tempat di dekat Makkah. Aku melihat ke atas, ternyata ada segumpal awan yang memperhatikan dan ternyata di awan itu ada Malaikat Jibril yang memanggilku dan berkata, "Sesungguhnya, Allah telah mendengar ucapan kaummu terhadapmu dan bagaimana jawaban mereka terhadapmu. Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu agar engkau perintahkan apa yang engkau mau terhadap mereka."Selanjutnya, malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku. Ia berkata, "Wahai Muhammad, itu terserah apa yang engkau kehendaki. Jika engkau menghendaki, akan aku timpakan Gunung Akhsyabain dua gunung Makkah dan Mina."Nabi SAW menjawab, "Akan tetapi, aku berharap agar Allah menurunkan dari tulang sulbi mereka, orang yang mau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya."Imam an-Nawawi menjelaskan dalam Kitab Riyadhus Shalihin, tawaran malaikat penjaga gunung tersebut tidak diterima Rasulullah SAW. Bahkan, beliau mendoakan semoga di antara keturunan kaumnya itu ada yang menjadi orang mukmin dan Kitab Syarah-nya, Imam an-Nawawi juga menjelaskan, Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dirinya atau membalas penganiayaan yang mengenai tubuhnya. Sebaliknya, beliau selalu bersabar di jalan dakwah dan mencari ridha Allah SWT di balik peristiwa tersebut. PerjanjianBaru inilah yang ditawarkan oleh Petrus dan timnya kepada bangsa Yahudi. Tetapi, kembali para pemimpin bangsa Yahudi menolak pelayanan Petrus. karena surat Ibrani menjelaskan bagaimana Allah telah berfirman melalui nabi-nabi, malaikat-malaikat, dan melalui AnakNya, dan bahwa iman timbul karena pendengaran akan firman Allah, maka
JAKARTA - Nabi Muhammad SAW pernah menolak tawaran malaikat yang siap membinasakan kaum yang menyakitinya. Namun, tawaran dari malaikat itu ditolak Nabi dengan lembut."Aku hanya berharap kepada Allah Subhaanahu Wata'ala, seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga kelak di antara keturunan mereka akan lahir orang-orang yang menyembah dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wata'ala," kata Nabi saat menyampaikan penolakan tawaran malaikat penjaga gunung kepada Nabi Muhammad itu terjadi di Qarnul Manazil, setelah melihat Nabi disakiti oleh penduduk di Thaif sampai berlumuran darah. Malaikat penjaga gunung itu atas izin Allah Subhanahu Wata'ala berkata, "Apa pun yang engkau perintahkan akan kulaksanakan. Bila engkau sukai, akan ku benturkan gunung-gunung yang ada di sekitar kota ini sehingga siapa saja yang tinggal di antaranya akan hancur binasa. Atau apa pun hukuman yang engkau inginkan." Begitulah tawaran malaikat yang ditolak Nabi hadits Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Amal mengatakan, selama sembilan tahun, sejak masa kerasulan, Nabi Muhammad SAW telah berusaha menyampaikan ajaran Islam dan mengusahakan hidayah serta perbaikan kaumnya di Makkah. "Namun, kebanyakan orang-orang Makkah selalu menyakiti, memperolok-olok, dan berbuat semena-mena terhadap Baginda Nabi Muhammad dan para sahabat kecuali sekelompok kecil orang yang sudah masuk Islam dan beberapa orang yang selalu membantu beliau walaupun belum masuk Islam," katanya. Pada tahun ke-10 kenabian ketika Abu Thalib paman Rasulullah meninggal dunia, kaum kafir mendapat kesempatan untuk mencegah perkembangan Islam dan menyakiti kaum Muslimin secara lebih leluasa. Untuk menghindari penindasan itu, Rasulullah pergi ke Thaif yang didiami kabilah Tasqif yang berjumlah besar dengan harapan apabila kabilah tersebut masuk Islam, kaum Muslimin akan terbebas dari berbagai penderitaan dan Thaif akan menjadi fondasi penyebaran agama Zakariyya al-Kandahlawi menceritakan, setibanya di Thaif, Baginda Rasulullah langsung menemui tiga orang yang ditokohkan. Rasulullah mengajak mereka untuk hanya beribadah kepada Allah. "Akan tetapi, mereka bukannya menerima atau paling tidak berlaku sopan kepada tamu yang baru datang sebagaimana adat bangsa Arab yang terkenal dengan memuliakan tamu, bahkan mereka tanpa basa-basi menyambut beliau dengan sikap dan akhlak yang sangat buruk," mereka pun tidak rela Baginda Rasulullah tinggal di situ. Padahal, orang-orang yang yang dianggap sebagai tokoh seharusnya berbicara dengan sopan dan berakhlak mulia kepada seorang tamu. Maulana Zakariyya mengisahkan bagaimana mereka merendahkan Rasulullah kala itu. Salah satu di antara mereka ada yang berkata, "Oh kamu orang yang diutus oleh Allah sebagai nabi." Kemudian, yang kedua berkata, "Apakah Allah tidak menemukan selain kamu untuk diutus sebagai rasul." Sementara itu, yang ketiga juga sama, merendahkan Rasulullah. "Aku tidak mau berbicara dengan kamu, sebab jika kamu memang seorang nabi seperti pengakuanmu, lalu aku menolakmu, tentu aku tidak lepas dari musibah. Jika kamu pembohong, aku tidak mau bicara dengan pembohong."Mendengar ejekan itu Rasulullah tidak berputus asa dan terus berusaha untuk mendekati masyarakat umum, tetapi tidak seorang pun yang mau mendengarkannya. Jangankan menerima, bahkan mereka mengusir Rasulullah. "Tinggalkan segera kami, pergilah ke mana kamu!"Maulana Zakariyya al-Kandahlawi mengatakan, ketika Baginda Rasulullah sudah tidak dapat mengharapkan mereka dan bersiap-siap untuk kembali, mereka menyuruh anak-anak kota membuntuti Rasulullah. Mereka lalu mengganggu, mencaci, dan melempari Rasulullah dengan batu sehingga kedua sandal beliau berlumur darah. Dalam keadaan seperti itulah Rasulullah meninggalkan Thaif. Di tengah perjalanan, tatkala sudah merasa aman dari gangguan anak-anak nakal itu, beliau berdoa kepada Allah. "Ya Allah, aku adukan kepada-Mu lemahnya kekuatanku, habisnya upayaku, dan kehinaanku dalam pandangan manusia. Wahai Yang Maha Penyayang melebihi sekalian penyayang, Engkaulah Tuhan orang-orang yang tertindas dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau serahkan diriku? Kepada orang asing yang akan memandangku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engkau kuasakan kepadanya segala urusanku? Tiada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak murka kepadaku. Perlindungan-Mu sudah cukup bagiku. Aku berlindung kepada-Mu dengan Nur-Dzat-Mu yang menyinari segala kegelapan, dan dengannya menjadi baik segala urusan dunia dan akhirat. Aku berlindung dari turunnya kemarahan-Mu kepadaku atau kemurkaan-Mu kepadaku. Aku sanggup berbuat apa saja, hingga Engkau ridha. Tiada daya dan upaya melainkan denganmu."Setelah doa inilah Allah Subhanahu Wata'ala Penguasa Alam pun memperlihatkan keperkasaannya dan mengutus Malaikat Jibril AS untuk datang memberi salam kepada Nabi. Ia berkata, "Allah Subhanahu Wata'ala mendengar ucapanmu dan jawaban kamu dan Dia mengutus kepadamu malaikat penjaga gunung agar siap melaksanakan apa pun perintahmu kepadanya." "Namun, perintah pembinasaan kaum kafir itu ditolak Rasulullah dengan lembut. Demikianlah akhlak Rasulullah yang mulia," kata syaikhul hadits Maulana Muhammad Zakariyya Maulana mengingatkan bahwa kita mengaku sebagai pengikutnya Nabi Muhammad SAW. Namun, ketika sedikit kesulitan atau celaan menimpa kita, kita langsung marah, bahkan menuntut balas seumur hidup. Kezaliman dibalas dengan kezaliman, sambil kita terus mengaku sebagai umat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. "Meskipun mengalami penderitaan dan kesusahan yang berat, Rasulullah SAW tidak berdoa buruk dan tidak menuntut balas," katanya.
Barangsiapa yang ta’minnya bersamaan dengan ta’min malaikat, maka Allah suhanahu wata’ala menjanjikan ampunan bagi dia. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika imam mengucapkan amin maka ikutilah, karena barang siapa yang ta
INI adalah kisah tentang Rasulullah dan malaikat penjaga gunung. Hari itu Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sedang berada di bilik sederhana sang istri tercinta, Aisyah binti Abu Bakar Al-Shiddiq, yang terkenal cerdas, lincah, dan memiliki spontanitas yang mengagumkan. Ia juga fasih berbicara dan berkarakter kuat sebagai hasil didikan Bani Makhzum, salah satu marga terkemuka di kalangan suku Quraisy. Malaikat Penjaga Gunung, Lebih Parah daripada Perang Uhud Setelah memperbincangkan berbagai hal, putri khalifah pertama dalam sejarah Islam itu bertanya kepada sang suami tercinta yang langka bandingannya, “Wahai Rasul! Apakah engkau pernah mengalami luka yang lebih parah daripada luka dalam Perang Uhud?” BACA JUGA 2 Amalan Manusia yang Tidak Bisa Ditiru Malaikat “A’isyah!” jawab Rasulullah Saw. kepada sang istri yang usianya lebih muda sekitar empat puluh lima tahun dengan beliau. “Sungguh, aku pernah mengalami penyiksaan oleh kaummu. Penyiksaan yang paling pedih kualami terjadi pada peristiwa Aqabah. Foto Pinterest “Kala itu aku mendatangi lbn Abd Yalil bin Abd Kulal. Namun, dia tidak mengacuhkan apa yang kuinginkan. Lalu, dengan gundah, aku berlalu. Setibanya di Qarn Al-Tsa’alib, kuangkat kepalaku ke atas. Tiba-tiba aku melihat Jibril di situ. Dia memanggilku dan mengatakan, Sungguh, Allah Swt. mendengar ucapan kaummu kepada-mu dan jawaban mereka kepadamu. Karena itu, Allah mengutus kepadamu malaikat yang mengurus gunung untuk diperintahkan menyiksa kaummu sesuai dengan kehendakmu.’ Malaikat Penjaga Gunung, Mengucap Salam pada Rasulullah “Maka, malaikat yang mengurus gunung itu mendatangiku dan menyapaku, dan selepas mengucapkan salam kepadaku, dia berkata, Wahai Muhammad! Sungguh, Allah mendengar ucapan kaummu. Aku adalah malaikat yang mengurus gunung. Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mengurus gunung. “Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mendatangimu agar melaksanakan apa yang engkau perintahkan kepadaku. Lalu, apa yang engkau kehendaki? Kalau engkau mau, aku akan membenturkan dua gunung ini kepada mereka!’ Foto Early Frida/Islampos Aku justru berharap agar Allah memunculkan, di antara anak keturunan mereka, orang-orang yang beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,’ jawabku.” BACA JUGA Mengapa Isi Alquran Tidak Seluruhnya Ditafsirkan di Zaman Rasulullah? Usai bertutur demikian, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam kemudian menikmati rehat bersama istri tercinta yang terkenal sangat cemburu dengan Khadijah binti Khuwailid, istri pertama beliau. [] Sumber Mutiara Akhlak Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam 100 Kisah Teladan tentang Iman, Takwa, Sabar, Syukur, Ridha, Tawakal,Ikhlas, Jujur, Doa, dan Tobat/Karya Ahmad Rofi Usmani/Penerbit Mizania/2006
Tapijustru sebaliknya: "Bahkan saya berharap agar Allah menjadikan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah dan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun," kata beliau saat malaikat penjaga gunung menawarkan kepadanya untuk menimpakan gunung Abu Qubaisy dan gunung yang di sebelahnya kepada penduduk Thaif. (Shahih Bukhari).
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID dMO4MxySsXjigouv0uRzBIkoNjrJU1h4w85eCsK4nD2nAZwv6jjoRw== Rasultelah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami
HARI itu Rasulullah ﷺ sedang berada di bilik sederhana sang istri tercinta, Aisyah binti Abu Bakar Al-Shiddiq, yang terkenal cerdas, lincah, dan memiliki spontanitas yang mengagumkan, di samping fasih berbicara dan berkarakter kuat sebagai hasil didikan Bani Makhzum, salah satu marga terkemuka di kalangan suku Quraisy. Setelah memperbincangkan berbagai hal, putri khalifah pertama dalam sejarah Islam itu bertanya kepada sang suami tercinta yang langka bandingannya, “Wahai Rasul! Apakah engkau pernah mengalami luka yang lebih parah daripada luka dalam Perang Uhud?” BACA JUGA Malaikat Penyiksa, Siapa Dia? “A’isyah!” jawab Rasulullah ﷺ kepada sang istri yang usianya lebih muda sekitar empat puluh lima tahun dengan beliau. “Sungguh, aku pernah mengalami penyiksaan oleh kaummu. Penyiksaan yang paling pedih kualami terjadi pada peristiwa Aqabah. Kala itu aku mendatangi lbn Abd Yalil bin Abd Kulal. Namun, dia tidak mengacuhkan apa yang kuinginkan. Lalu, dengan gundah, aku berlalu. Setibanya di Qarn Al-Tsa’alib, kuangkat kepalaku ke atas. Tiba-tiba aku melihat Jibril di situ. Dia memanggilku dan mengatakan, Sungguh, Allah Swt. mendengar ucapan kaummu kepada-mu dan jawaban mereka kepadamu. Karena itu, Allah mengutus kepadamu malaikat yang mengurus gunung untuk diperintahkan menyiksa kaummu sesuai dengan kehen-dakmu.’ “Maka, malaikat yang mengurus gunung itu mendatangiku dan menyapaku, dan selepas mengucapkan salam kepadaku, dia berkata, Wahai Muhammad! Sungguh, Allah mendengar ucapan kaummu. Aku adalah malaikat yang mengurus gunung. Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mengurus gunung. Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mendatangimu agar melaksanakan apa yang engkau perintahkan kepadaku. Lalu, apa yang engkau kehendaki? Kalau engkau mau, aku akan membenturkan dua gunung ini kepada mereka!’ BACA JUGA Tatkala Hasan dan Husain Tidur di Bawah Naungan Sayap Malaikat Aku justru berharap agar Allah memunculkan, di antara anak keturunan mereka, orang-orang yang beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,’ jawabku.” Usai bertutur demikian, Rasulullah ﷺ kemudian menikmati rehat bersama istri tercinta yang terkenal sangat cemburu dengan Khadijah binti Khuwailid, istri pertama beliau. [] Sumber Mutiara Akhlak Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam 100 Kisah Teladan tentang Iman, Takwa, Sabar, Syukur, Ridha, Tawakal,Ikhlas, Jujur, Doa, dan Tobat/Karya Ahmad Rofi Usmani/Penerbit Mizania/2006
Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan
Suatu ketika Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pergi ke Tha’if untuk mengajak penduduk Tha’if kepada tauhid. Tak disangka, perlakuan penduduk Tha’if sangat kasar kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Mereka bahkan mengusir Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan melempari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dengan batu hingga tubuh beliau bersimbah darah. Lalu Allah Ta’ala mengutus malaikat penjaga gunung yang datang bersama malaikat Jibril. Malaikat penjaga gunung menawarkan untuk meratakan dua gunung di Mekah supaya penduduk Tha’if binasa. Maukah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menerima tawaran malaikat penjaga gunung? Yuk, baca kisah selengkapnya di sini. Post Views 62
. 81 80 424 397 321 157 49 356

apa yang ditawarkan malaikat gunung kepada rasulullah